Choel Mallarangeng Puasa di Penjara, Hanya Bisa Mengkhayalkan Hall Ini..

Bukan Andi Zulkarnain Anwar alias Andi Zulkarnain Mallarangeng alis Choel, kalau tidak bisa bercanda.

Menjadi terdakwa kasus korupsi proyek pembangunan kompleks olahraga Hambalang, Bogor, tidak menjadi alasan bagi Choel untuk tidak berbagi kisah seru selama menjadi penghuni tahanan.

Sembari menunggu sidang tuntutan terhadap dirinya di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor), Jakarta, Rabu (7/6/2017) lalu, Choel membeberkan sejumlah kejadian kocak di Rumah Tahanan Negara (Rutan) Pomdam Jaya, Guntur, Jakarta.

Choel Mallarangeng Puasa di Penjara, Hanya Bisa Mengkhayalkan Hall Ini..

Adik kandung mantan Menpora Andi Mallareng tersebut memang menghuni Rutan Pomdam Jaya.

"Kita lagi diserbu bonek," kata Choel sembari tertawa.

Bonek merupakan singkatan bondho nekat (mudal nekat), sebutan bagi suporter klub sepakbola Persebaya Surabaya.

Rupanya Choel ingin mengungkapkan Rutan Pomdan Jaya sekarang banyak dihuni tahanan kasus korupsi yang berasal dari Surabaya.

Sebelumnya hanya ada General Manager Treasury PT PAL Indonesia, Arif Cahyana, dan Direktur PT Duta Graha Indah Dudung Purwadi.

Namun kemudian muncul Ichsan Suaidi, tersangka dana korupsi pembangunan proyek Dermaga Labuhan Haji Lombok Timur, yang dipindahkan dari Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin (Bandung) ke Rutan Pomdam Jaya Guntur.

Ditambah lagi tiga tahanan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) hasil operasi tangkap yaitu Ketua Komisi B DPRD Provinsi Jawa Timur, Mochamad Basuki, dan dua staf DPRD bernama Rahman Agung serta Santoso.

"Pagi itu kami tiba-tiba diserbu bonek. Jadi sekarang di sana dominasi oleh Arek Suroboyo," ungkap Choel sembari tertawa.

Repotnya, kata Choel, jumlah kamar di Rutan Pomdam Jaya Guntur hanya 15. Tak pelak seluruh tahanan dari Surabaya ditempatkan di satu kamar.

"Provinsi di Indonesia ini kan ada 34. Artinya tidak mungkin satu provinsi lebih dari satu kamar. Surabaya nggak boleh ambil lebih dari satu kamar. Jadi bonek-bonek kumpul dalam satu kamar," katanya.

Choel dituntut hukuman lima tahun penjara dan denda Rp 500 juta, subsidair enam bulan kurungan.

Jaksa menyebut, Choel dan Andi Alifian Mallarangeng menerima uang Rp 4 miliar dan 550 ribu dolar AS dari proyek Hambalang.

Jaksa juga menyebutkan ada sejumlah pejabat lain yang ikut menerima kucuran duit dari proyek Hambalang.

Pada saat bulan puasa Ramadan seperti sekarang, Choel hanya bisa membayangkan kolak serasa es buah saat berbuka.

Sebagai tahanan ia tentu tidak bisa leluasa memenuhi keinginan.

Pihak rutan hanya menyediakan kolak untuk para tahanan. Padahal, para tahanan mengidamkan es buah.

"Ya apa yang ada lah. Tapi ada kolak dikasih. Tapi yang paling diinginkan penghuni itu sebenarnya es buah. Jadi kami mengkhayal kolak rasa es buah," kata Choel sembari tertawa.

Mendapatkan es di Rutan Pomdam Jaya memang hampir mustahil karena di tempat itu tidak ada kulkas. Pernah suatu waktu mereka minta kulkas. Namun harapan tersebut tidak terpenuhi.

"Kita minta kulkas, namun yang datang malah mesin X-ray. Kita minta kompor yang datang metal detector (pendeteksi metal). Jadi kita berhenti minta sekarang," canda Choel.

Makan Sahur Kilat
Meminta kepada keluarga saat kunjungan pada Senin dan Kamis juga tidak mungkin. Es tersebut akan mencair karena makanan dari keluarga tiba di rutan pukul 12.00 WIB.

"Sudah meleleh semua esnya. Kalau ada titipan makanan masuk pukul 12.00, sedang buka (puasa) kan pukul 17.45. Jadi kalau ada es pasti meleleh. Kami kan tidak punya kulkas di dalam," ungkap Choel.

Tahun ini merupakan tahun pertama bagi Choel menjalankan puasa sebagai tahanan.

Menurutnya, menjalani puasa di rumah tahanan sangat mengerikan terkait masalah waktu.

Menurut Choel, ada kesepakatan makanan sahur tiba pukul 02.00. Namun, makanan justru kadang baru tiba di menit-menit terakhir sebelum imsak.

"Ini kadang-kadang makanan sahur datang pukul 04.00, jadi tinggal 25 menit. Luar biasa. Kami makan bukan cepat-cepatan lagi," katanya.

Kata Choel, mereka tidak lagi memperhatikan tata cara makan. Singkatnya, apa yang ada di tangan langsung disikat agar tidak kehabisan waktu.

"Karena waktu tinggal 25 menit. Pokoknya apa yang sampai di tangan masuk langsung. Nggak karu-karuan sudah, ngebut," kata mantan bos lembaga konsultan politik itu.

Choel sebenarnya maklum soal keterlambatan kedatangan makanan sahur. Makanan tersebut kadang terlambat karena harus singgah terlebih dahulu di rutan gedung KPK.

"Begini, makanan harus diantar dulu ke C1. Kan ada tahanan juga di C1, habis itu baru diantar ke Guntur. Ya biasa lah," kata Choel memaklumi.


Berlangganan:


close

loading...